Untuk mantanku dan kekasih barunya
Aku menulis ini
bersama rasa sakit ku yang tidak benar-benar kamu pahami. Aku menulis dengan wajah yang kamu benci,
berujung pada perasaan yang tidak berhasil kamu tebak. Mengertilah kamu,
perjuanganku juga butuh kepedulianmu?!
Entah karena kau yg
terlalu bodoh untuk menilai hati ini atau terlalu egois untuk
memakluminya. Aku sudah menunggu lama ,
mengharapkan pengertianmu ke arahku! Tapi, hal itu tidak kunjung ku temui. Kamu masih
begitu, dengan omonganmu, dengan tingkahmu yang tak berubah.
Apakah yang
kulakukan benar-benar tak terlihat di matamu? Kau mengetahui segalanya kan?!!!!
Mengapa hanya diam dan bisumu yang selalu kudapati setiap harinya?
kamu tahu, setiap
malamku selalu ku isi dengan kenangan dan ingatan. kenyataan
yang harus ku terima, kau tak disampingku, entah untuk menenangkan
hatiku dan merangkul sepi ku. Aku harus apa? Dengan sikapmu
yang tidak peka seperti itu, mengapa aku masih ingin memperjuangkan mu? Aku tak tahu , jadi jangan kau tanyakan padaku
kenapa aku bisa sayang dan butuh kamu karena aku pun tak memahami itu bisa
terjadi.
Langkahku terus
mencoba menggapaimu, jemariku merasa menggenggam tanganmu ; namun, ternyata semua kosong .
kukira , percakapan kita adalah hal yang special bagimu. Kusangka , semua
perlakuanmu terhadapku adalah bukti
bahwa kau menganggapku istimewa. Nyatanya, aku salah menafsirkan.
Bagimu, aku bukan siapa – siapa dan tak berarti apa-apa.
Aku mencoba menahanmu
pergi tapi tak bisa. Ternyata, aku belum
benar-benar memahamimu. Ternyata, aku
belum benar-benar mengenalmu.
Apakah hatimu tak
tersentuh sedikitpun? Hingga kau melihat aku disini. Tidak mungkin hatimu
begitu buta untuk mengartikan ini, apa
hatimu sengaja kau tutup rapat untukku? Apa matamu sengaja kau butakan agar tak
membiarkan aku terlihat diretinamu?
Atau, kau ingin
pergi dan melupakan semua hal yang pernah terjadi? Dan tak akan kembali? Itu
yang kau maksud dengan kata “masing-masing”? trus apa arti kata menunggu yang
kau lontarkan.
Ternyata bukan kamu
yang bodoh, tapi aku lah yang bodoh. Selama in aku yang menyangkal kenyataan ,
aku yang tak pernah siap akan kehilangan mu.
Aku tak akan bisa
menahanmu pergi. Bahkan ketika kamu memilih
habiskan kebahagianmu bersama yang lain. Kemudian membiarkan aku sendirian.
Tanpa mengucapkan pisah.
Hingga saat ini aku
masih merasakan sesak yang sama setiap harinya. Aku tahu bahwa pada akhirnya
aku akan sesedih ini, aku berusaha sekuatnya menghindari air mata ini. Kau
tahu, aku adalah wanita yang tak pernah kuat melawan rasa sedihku.
****
Hai.. kamu ya kamu
wanita yang saat ini bersamanya, aku tak tahu apa kah kamu mendengar tentang
ceritaku dan dia atau tidak, tapi yang harus kamu ketahui seberapa dalam perasaanku.
Kini, Aku dan dia tak seperti dulu . sapaannya tak semanis dulu, senyum dan
tawanya bukan untukku lagi tapi untukmu, kekasih barunya. Aku terlalu banyak diam, memendam dan tak bertindak, mungkin disitulah kesalahanku. Terlalu egosi untuk
semuanya. Aku tak bisa menyalahkan
siapa-siapa dan tak bisa mengkambinghitamkan siapa pun. Bukankah dalam cinta
tak pernah ada yang salah?
Senjak saat itu aku jadi malas tersenyum dan berbicara
banyak hal tentang perasaanku pada oranglain. Aku malah semakin belajar untuk
menutup rapat – rapat mulutku pada saat perasaanku minta diledakan dengan
curhat-curhatan kecil. Ini aku yang sekarang.
Berbahagilah kamu
dengannya pria yang selalu aku bawa dalam cerita-ceritaku, dalam ingatanku, dan
dalam doa ku. Pria yang bagiku terlalu misterius yang tak bisa ku mengerti
jalan pikirannya dan tak akan pernah kugapai. Setiap aku melihat foto berduamu
dengannya, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri; bahwa aku juga harus ikut
berbahagia melihatmu dengannya. Aku harus ikhlas dan aku tahu aku tak pernah
menjadi pilihannya.
Tenanglah, aku
sudah mulai melupakannya. Aku tak ingin ingatanku dan perasaanku yang dulu
begitu besar pada masa lalu menjadi penyiksa untuk kebahagianku kelak. Aku
hanya berusaha mengerti yang terjadi dan berusaha pasrah dengan kenyatan yang
harus ku terima. Aku tak ingin membohongi dan dibodohi dengan kesemuan yang bahagia,
lebih baik kenyatataan yang memuakan tapi penuh kejelasan.
Aku mohon, jagalah
dia dengan susah payah, dengan sekuat tenagamu. Aku ingin
kebahagiannya terjamin olehmu. Aku ingin dia bahagia bersamamu. Disini , aku
tak bisa berbuat banyak, selain membantu dalam doa.
Aku tak sempat membuat dia tersenyum. Tolong, inilah permintaanku
yang terakhir, setelah ini aku tak akan
mengganggumu; bahagiakan dia, buatlah dia tersenyum, dan biarkan saja dia tak
mengetahui ada yang diam-diam terluka disini.
Selamat tinggal dan
berbahagialah kalian. Aku ikut bahagiam untuk mantanku dan kekasih barunya.
Komentar